![]() |
Location : Camp 91 Kemiling |
Saat membaca judul ini mungkin pembaca akan terpecah menjadi dua kubu penafsiran.
Kubu 1. "Memperbaiki yang salah". Artinya sebuah perilaku atau tindakan yang salah, ya diperbaiki. (Misal: Dari orang yang merokok jadi mengurangi merokok)
Kubu 2. "Memperbaiki yang salah". Artinya memperbaiki sesuatu, tapi caranya salah alias kurang tepat. (Misal: mau tampil cantik tapi hanya memperbaiki yang diluar saja, sedangkan asupan dan pola makan tidak dijaga)
Anda kubu yang mana? Hehe. Kalau saya termasuk kubu apa nihh? Akan terjawab diakhir saya mau berkisah dulu.
--------------------------------------------------------------------------------------------
Beberapa minggu yang lalu, tanggal 05 Desember 2020 sewaktu weekend, saya mendapat insight dari sebuah kejadian yang.. Biasa aja sebenernya, tapi terlalu sayang insight ini hanya saya simpan dalam pikiran saya. Maka saya bagikan disini untuk warisan nenek moyang wkkwk.
Di weekend yang tjerah, beberapa menit sebelum berangkat ke walimahan, saya beberes kasur sambil leha lehoy setelahnya. Sekejap kemudian adik saya berteriak, "MJ....." (nama kucing betina kami, yang usianya masih 3 bulan). Itu tanda adik saya lagi nyari si MJ. Sedetik kemudian, "Brukkkkk!"
Triplek atep kamar saya tetiba jebol! Eh ada yang nongol!
Dengan muka polos tanpa rasa bersalah dia lari secepat kilat saat saya buka pintu kamar. Dia adalah MJ. Hmmmmmmmm. Udah mulai nakal yah!
Debu debu dari atep triplek mbuyar semua keatas kasur. Saya bersihkan langsung. Kemudian ayah saya langsung inisiatif memperbaiki makuin triplek atep saya lagi. Saya akui cepat bertindak sih Ayah saya. Tapi tindakannya itu seringnya hanya memperbaiki dari permukaan, enggak dari akar. Alhasil nanti di masa depan bakal ada kejadian jebol begituan karena rapuhnya triplek yang sudah bertahun tahun ga pernah diperbaharui.
Tindakan lainnya juga. Kalau lagi ujan dan rumah saya bocor, tindakan tercepat Ayah saya adalah menaruh ember atau lap untuk menampung dan meresap air. Kalau mau penanganan dari akarnya harusnya ganti genteng saja kan? Ini dalam kasus bocornya tingkat ringan ya. Kalau sudah bocor bolong tingkat tinggi, Ayah saya ganti genteng, tapi ya lagi lagi itu saya gak puas. Gentengnya kualitas rendah rendah terjelek jelek.
Iya saya paham banyak kebutuhan tapi duit gak sebanyak kebutuhan, sehingga alibi gak memperbaharui genteng terkadang jadi sebuah pemakluman. haahaha. Terus netijen julid berbicara, "Lah ngapa gak elu aja yang ngumpulin uang terus bagusin rumah lu?"
Haahhaha gak usah bilang juga gue tahu kali apa yang harus gue lakukan. Maap ngomongnya dari saya jadi gue gue, efek posibilitas pertanyaan dari netijen.
Disini gue gak bermaksud jelek-jelekin keluarga gue sendiri, justru gue pengen nunjukin bahwa siapapun orang terdekat kita itu tetap manusia kok, yang gak selamanya kita bisa sependapat sama mereka, dan tentu dari mereka kita bisa ambil pelajaran. Ya salah satunya ini. Gue gak mau jadi orang yang nuntasin masalah gak sampe ke akar-akarnya. Karena akan berpotensi kambuh lagi dan lagi. You know what I mean lah ya haha.
Oke sampe sini bisa lu simpulin lah ya gue masuk di kubu judul yang mana? :D Kubu 2! Yaps benar! Memperbaiki sesuatu, tapi caranya yang salah.
0 Komentar